Sabtu, 20 Agustus 2016

Nih cara jitu buat kamu yang suka baca email dalam jumlah banyak

Situs lowongan kerja atau job portal bukanlah sesuatu yang baru. Namun, masih ada potensi untuk mencuil rezeki dari pasar yang sangat luas.
Kemudahan bagi perusahaan pencari tenaga kerja dan bagi para pencari kerja, itulah kata kuncinya. Jika kita cermati, job portal yang ada sekarang, telanjur tersegmentasi.
Para pemberi kerja tak bisa menyebarkan semua lowongan ke dalam satu job portal. Ada beberapa pekerjaan yang hanya bisa disebarkan lewat job portaltertentu karena sudah memiliki segmen pengguna khusus.
Lagipula meski penggunanya jutaan, para pemberi kerja tetap tak mudah mendapatkan talenta yang diinginkan. Pasalnya, kebanyakan pengguna job portal tak secara berkala memperbarui resume mereka.
Saat lamaran masuk pun, mereka harus membaca satu per satu email yang masuk. Padahal, jumlahnya bisa ratusan untuk satu lowongan kerja. Tentu, ini melelahkan dan memusingkan.
Menjual ide ke investor
Celah-celah itulah yang dilihat oleh Hengki Sihombing. Berawal dari keluhan sang istri, pria yang pernah bekerja di OLX Indonesia ini terpikir untuk membuat platform terintegrasi yang bisa menyederhanakan proses perekrutan tenaga kerja.
“Sebagai manajer human resoucer, dia selalu kerepotan tiap mengadakan perekrutan, soalnya yang dibuka enggak cuma satu posisi tapi ada puluhan, jadi satu posisi bisa terima email ratusan,” ujarnya.
Ia lantas mendiskusikan ide ini dengan rekannya, Jepri Sinaga, yang berpengalaman dalam membuat kode dan software. Dua orang yang mengerti teknologi saja ternyata tak cukup.
Mereka perlu satu orang yang mengerti model bisnis. Mereka berdua pun mengajak Benson E. Kawengian yang telah lama malang melintang di dunia bisnis untuk melihat prospek ide usaha rintisan ini.
Benson bilang, ide ini bisa menghasilkan uang. Lantas di pengujung 2015, mereka bertiga mengasingkan diri selama tiga hari di Bogor untuk melakukanbrainstorming dan membuat konsep.
“Waktu itu, kita semua masih bekerja di kantor masing-masing, jadi ini harus dipastikan model bisnisnya baru kita semua aman untuk mengundurkan diri,” kata Benson.
Akhirnya, pada 8 Januari 2016, PT Urban Teknologi Digital berdiri. Saat itu, ketiga pendiri belum membuat produk.
Mereka gencar melakukan pertemuan dengan para komunitas investor agar mau mendanai produk mereka. Berbekal pengalaman dan rekam jejak di dunia profesional selama 10 tahun, tak sulit bagi para pendiri untuk mendapat akses ke komunitas investor.
Pada 24 Februari, mereka pun dapat kesempatan hadir dalam acara Friends and Family Round.
Meski enggan menyebut jumlah pendanaan awal yang mereka dapatkan, Benson bilang, para investor ini tertarik karena konsep yang mereka tawarkan menjawab masalah kebanyakan perusahaan. Tak terkecuali, perusahaan yang ikut menyuntik modal ke PT Urban Teknologi Digital, seperti PT Cisarua Mountain Dairy atau yang dikenal dengan nama Cimory.
Investor lain yang terlibat dalam pendanaan awal ini, antara lain RMKB Ventures, Megain Widjaja dari keluarga pemilik Grup Sinarmas, Marissa Soeryadjaya dari keluarga Soeryadjaya, dan Farrel Sutantio dari Grup Cimory.
Dengan modal dari pendanaan awal tersebut, mereka bisa meluncurkan platform perekrutan secara online yang diberi nama Urbanhire for Employer pada 21 Maret 2016.
Saat awal meluncur dan memperkenalkan produk kepada komunitas perekrut, Urbanhire langsung mendapatkan kritikan. Para perekrut mempertanyakan sumber trafik situs yang mereka buat dan berapa jumlah akun yang aktif menggunakan aplikasi ini.
Maklum, kebanyakan perekrut terbiasa dengan model job portal online yang telah ada, seperti Jobstreet, JobsID, dan sederet job portal lain yang menyediakan iklan bagi para pemberi kerja untuk menjaring para pencari kerja.
Padahal, konsep Urbinhire berbeda, yakni menawarkan konsep job distribution platform. Artinya, Urbinhire menyediakan talent pool, sehingga pemberi kerja bisa membuka rekrutmen kapan saja dan pencari kerja bisa melamar kapan saja.
“Idealnya para pemberi kerja membuka rekrutmen kapan pun, jadi saat mereka butuh, mereka tinggal lihat talent pool. Kita tawarkan konsep talent pool itu, jadi mereka tinggal lihat siapa saja yang sudah apply di dalam dashboard Urbanhire mereka,” jelas Hengki.
Menyesuaikan pasar
Sayang, konsep itu masih asing di mata mayoritas perekrut. Meski tak sedikit yang antusias, mereka tetap mempertanyakan datangnya trafik pengguna situs Urbanhire.
Untuk memenuhi keingingan itu, Urbinhire akhirnya menyesuaikan dan membuat Urbanhire Search khusus untuk pencari kerja pada 11 Mei lalu.
Jadi, jika bertandang ke situs Urbanhire saat ini, Urbanhire Search muncul pertama kali menyapa pengguna. Pengguna bisa menulis jenis, lokasi pekerjaan sampai nama perusahaan yang mereka inginkan.
Para pencari kerja diberi pilihan untuk membuat akun dan mengunggah resume mereka di Urbanhire. Jadi mirip dengan job portal lain, Urbanhire menjembatani kebutuhan antara pemberi dan pencari kerja.
Yang membedakan adalah konsep talent pool tadi. Di Urbanhire, pemberi kerja bisa membuat landing page sendiri, yang mendeskripsikan identitas perusahaannya. Pemberi kerja juga bisa dengan leluasa mengatur dashboard-nya.
Semua lamaran masuk ke dalam satu sistem aplikasi di Urbanhire. Saat ada pengguna melamar kerja lewat Urbanhire, resume mereka akan secara otomatis masuk ke dalam sistem dashboard pemberi kerja.
Tanpa perlu mengunduh data tersebut, pemberi kerja bisa langsung menyortir lamaran yang masuk. Pemberi kerja leluasa untuk memindahkan lamaran yang masuk lewat fitur applicants.
Di sana, aplikasi yang masuk akan tersortir secara gender. Selain itu, ada proses sortir sesuai dengan tahapan rekrutmen, mulai dari mana sumber pelamar berasal, proses interview hingga tahapan penawaran kerja.
Bukan hanya itu, pemberi kerja juga bisa menyortir antara kandidat yang masuk kualifikasi atau yang tidak masuk kualifikasi. Di dalam platform ini juga, pemberi kerja tak perlu repot menyusun jadwal wawancara. Sebab, lewat fitur agenda, pemberi kerja bisa bebas mengatur jadwal wawancara.
Fitur lainnya adalah pengaturan email. Pemberi kerja bisa mengatur templateemail agar bisa dikirim dalam waktu yang lebih singkat dan tanpa proses ketik setiap kali mereka perlu mengirim pesan.
Fitur ini terdiri dari tujuh jenis email, yakni mengundang untuk wawancara via telepon, wawancara tatap muka, penugasan, penolakan secara massal bagi kandidat yang tidak masuk kualifikasi, penolakan setelah melakukan wawancara, penawaran kerja, sampai tawaran kesempatan kerja di posisi baru.
Bicara soal harga, Urbanhire memiliki enam paket penawaran.
Pertama, akun gratis. Tentu, punya keterbatasan. Pemberi kerja hanya bisa memiliki satu slot penyebaran lowongan dan satu slot pengguna saja.
Kedua, akun starter dengan biaya Rp 690.000 per bulan atau Rp 6,9 juta jika berlangganan setahun. Pengguna bisa menyebarkan tiga slot pekerjaan.
Ketiga, akun standard, dengan maksimal penyebaran informasi lowongan kerja lima slot. Biayanya, Rp 990.000 per bulan atau Rp 9,9 juta per tahun.
Keempat, akun professional, yang bisa mengumumkan 10 slot pekerjaan sekaligus. Biaya akun ini, Rp 1,99 juta per bulan dan Rp 19,9 juta per tahun.
Kelima, akun growth yang memiliki 20 slot pekerjaan dan dikenakan biaya sebesar Rp 2,99 juta per bulan dan Rp 29,9 juta per tahun.
Keenam, akun enterprise yang bisa mempublikasikan 40 info lowongan kerja sekaligus dengan biaya Rp 3,99 juta per bulan atau Rp 39,9 juta per tahun.
Berkat fitur-fiturnya yang membuat proses rekrutmen lebih efisien, Urbanhire berhasil mencuil pasar rekrutmen. Berawal dari hanya enam orang, sejak Maret lalu, Urbanhire diawaki 15 orang. Lebih dari 650 perusahaan kini menjadi kliennya.
Tak heran, Urbanhire optimistis untuk mengembangkan sayapnya ke pasar Asia Tenggara dalam waktu dekat. “Itu kenapa kita butuh pendanaan untuk ekspansi ke depannya,” tandas Benson.

Kapan waktu yang tepat untuk berwirauasaha

Menurut pebisnis Budi Satria Isman, tidak ada batasan waktu yang tepat untuk mulai berwirausaha. Para pengusaha, atau yang kini lebih dikenal dengan istilah entrepreneur, seharusnya langsung terjun dan fokus berusaha tanpa perlu ragu.
Bagi yang belum akrab dengan nama Budi Satria Isman, dia pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur Coca Cola Indonesia, serta Presiden Direktur PT Sari Husada. Budi kini juga menjadi Dewan Pembina Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia Mandiri.
Budi mengungkapkan pertanyaan yang pernah dilontarkan salah satu karyawan perusahaan berskala internasional. Pertanyaannya seperti ini, "Kapan sebaiknya kami berwirausaha? Saya sudah punya usaha, tapi masih mendua hati ini. Pekerjaan masih ada, takut melepaskan pekerjaan karena ini tidak pasti."
Sembari tertawa, Budi mengungkapkan bahwa tidak akan ada waktu yang tepat.
"Langsung saya bilang, hari ini. Malam ini you buat resignation letteryou kasih itu ke direksinya. Tidak ada waktu yang tepat, kemarin seharusnya. Ini masalahnya keinginan saja. Kalau you mau, ya harusnya kemarin. Kalau you nggak mau, ya nggak apa-apa juga. Bukan berarti nggak bagus. Cuma, kalau you berminat, jangan nggak fokus," imbuhnya.
Menurut Budi, apa pun pilihan yang diambil oleh karyawan, sebaiknya sang karyawan benar-benar berkomitmen pada pilihannya. Dia menekankan, tidak masalah tetap bekerja sebagai karyawan sembari menjalankan usaha. Namun, hasilnya tidak akan sefokus jika hanya mengerjakan satu hal.
"Karir kita mentok jadinya karena tidak fokus, yang di sini juga bisnisnya biasa-biasa saja. Akhirnya jadi orang biasa-biasa saja," pungkasnya. saya ambil berita ini dari kompas brooo,dan kontan..

Lembaran struk belanjaan itu berharga lhoo brooo

Data adalah tambang emas di tengah abad teknologi informasi ini. Sebuah data bisa membantu perusahaan menyusun strategi bisnis yang tepat. #
Tidak aneh bila kemunculan jasa analisis data kian banyak. Lebih-lebih keberadaan internet yang mempermudah akumulasi data.
Pekerjaan rumahnya tinggal penyajian data-data nan melimpah itu menjadi sebuah informasi yang berguna bagi pengembangan bisnis.
Namun, rupanya tidak seluruh data di jagat maya relevan bagi industri barang konsumsi. Kecanggihan internet tak lantas membuat perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) dapat menambang data dari informasi di media sosial dan transaksi pembelian secara online.
Pasalnya, kendati e-commerce tengah booming di negeri ini, mayoritas pembeli masih lebih sering berbelanja di gerai fisik ketimbang online shop. Apa boleh buat, perusahaan FMCG masih bergantung pada hasil riset konvensional seperti Nielsen yang mengumpulkan data secara tradisional.
Selain memakan waktu, penyajian data dengan metode tradisional itu kadangkala sudah tidak cocok dengan kondisi lapangan yang sangat dinamis. Padahal, perusahaan membutuhkan data segar, kalau bisa real-time, supaya mereka bisa menentukan strategi bisnis.
Kapitalisasi struk belanja
Celah inilah yang ditangkap oleh Reynazran Royono. Latar belakang di industri barang konsumsi selama hampir satu dekade membuat Rey, begitu ia disapa, paham betul kebutuhan informasi yang dicari oleh perusahaan FMCG.
Rey akhirnya merintis pembuatan aplikasi yang bisa dimanfaatkan oleh brandbarang konsumsi untuk memonitor perilaku konsumsi secara langsung. Nama aplikasi itu Snapcart, yang bekerja merekam aktivitas belanja konsumen dari data struk belanja.
Biasanya, struk belanja dibuang begitu saja oleh pembeli usai transaksi. “Padahal, di sana banyak data yang bisa kita olah,” kata Rey.
Sebut saja, di antaranya data lokasi toko tempat konsumen belanja, informasi produk yang dibeli hingga cara pembayaran. Termasuk, data efektivitas promosi oleh sebuah merek barang. “Karena di dalam struk, bila ada potongan harga, kan, kelihatan” terang dia.
Lantas, bagaimana cara Snapcart mengakses struk belanja? Snapcart mendekati konsumen langsung melalui iming-iming cashback.
Apabila seorang konsumen mengunggah struk belanja mereka lewat aplikasi ini, ada imbalan berupa cashback  dengan nilai bervariasi, mulai Rp 150 hingga Rp 23.350.
Nilai cashback berbeda-beda tergantung pada jenis barang di dalam struk belanja yang Anda unggah. Bergantung pula pada kerjasama antara Snapcart dan produsen merek.
Oh, iya, cashback yang didapatkan oleh pengunggah struk belanja tidak bisa langsung diuangkan. Pemakai aplikasi perlu mengumpulkan cashback minimal senilai Rp 53.000.
Anda bisa memilih, apakah mencairkan duit cashback itu ke dalam rekening yang telah terdaftar di akun aplikasi. Atau, mengumpulkannya sebagai poin yang kelak bisa diikutkan dalam undian berhadiah.
Snapcart juga mengiming-imingi cashback bagi Anda yang mau menjawab beragam survei lain yang tersedia di aplikasi. Ada pula pilihan selfie dengan produk.
Pengguna aplikasi dapat mengunggah struk dari gerai ritel modern seperti minimarket hingga hipermarket. Tapi ingat, hanya struk berusia kurang dari tujuh hari yang bisa Anda unggah. Lewat dari tujuh hari, struk yang Anda unggah tidak bisa menghasilkan cashback.
Cara mendaftar ke aplikasi ini juga tidak susah. Cukup mendaftar melalui email atau akun Facebook, lalu mengisi biodata.
Misalnya, jenis kelamin, tanggal lahir, domisili, pengeluaran per bulan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan sampai jumlah keluarga yang tinggal serumah dengan Anda.
Rey mengklaim, profil populasi Snapcart dapat lebih akurat karena hanya profil aktif saja yang bisa beraktivitas di aplikasi, yakni pengunggah struk yang menjadi responden.
Ratusan ribu pengguna
Iming-iming cashback agaknya ampuh menarik pemakai aplikasi riset belanja ini. Maklum, orang Indonesia mudah tergiur diskon dan obral.
Tak heran, baru delapan bulan berjalan, aplikasi ini sudah diunduh oleh 150.000 pengguna aktif hingga akhir Mei lalu. Jumlah populasi itu melampaui populasi sampel perusahaan riset seperti Nielsen yang hanya berkisar ribuan saja.
Bagi klien Snapcart, data dari populasi sebanyak itu tentu lebih berharga bila dibandingkan dengan dana yang mereka keluarkan untuk memberikancashback bagi pengguna Snapcart.
Apalagi, bukan cuma olahan data dari struk belanja saja yang ditawarkan pada klien. Snapcart juga menyediakan varian data dan informasi lain tergantung pada kebutuhan klien.
“Klien yang sudah mendukung Snapcart dengan cashback reward akan  mendapat data analytics basic cuma-cuma dari kami,” kata Rey.
Rey enggan mengungkapkan output olahan data yang dikumpulkan dari data struk belanja juga survei-survei yang mereka tampilkan di aplikasi. Yang pasti, data apa pun yang diminta oleh klien, tim Snapcart akan mengolah dan menyajikan dengan akurat secepat mungkin.
Kecepatan atau real time data itu pula yang menjadi keunggulan Snapcart dibanding riset data tradisional. Tujuannya agar si klien bisa dengan cepat memanfaatkan data tersebut dalam menggodok strategi bisnis mereka.
Rey enggan mengungkap tarif riset data yang disediakan oleh Snapcart. Yang jelas, saat ini Snapcart sudah bekerjasama dengan beberapa perusahaanconsumer goods sebagai klien mereka.
Sebelum meluncur ke pasar sekitar September lalu, Rey sudah aktif mendekati perusahaan-perusahaan yang potensial membutuhkan data olahan Snapcart.
Latar belakang karier di industri barang konsumsi memudahkan Rey melakukan pendekatan. “Saya di P&G sekitar sembilan tahun,” kata dia.
Beberapa nama perusahaan FMCG besar, seperti Unilever, Nestle, dan L’oreal, bahkan sudah menjadi klien Snapcart jauh sebelum aplikasi itu meluncur resmi.
Rey berujar, penggodokan konsep Snapcart dirintis mulai Maret 2015. Berbarengan dengan itu, dia tawarkan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan FMCG. 
“Cara pandang ini yang harus diubah para founder startup, mereka harus bisa temukan pasarnya dulu, pendanaan akan lebih mudah didapat,” ungkap Rey yang pernah menduduki jabatan sebagai CEO Berniaga.com ini.
Melihat potensi pasar yang cukup menarik, ada modal ventura yang kepincut menjadi investor Snapcart. Salah satunya adalah Ardent Capital.
Berapa nilai investasi dari sang investor itu, Rey tidak mau membeberkan. Selain Ardent, ada pula Wavemaker Partners, Singapore Press Holding, Sinar Mas Digital Venture dan beberapa angel investor tercatat sebagai penyuntik modal Snapcart.
Pintu masih terbuka bagi investor lain yang tertarik ikut menitipkan modal pada startup pengolah data ini. “Kemungkinan kami buka lagi pendanaan untuk membiayai operasional Snapcart 18 bulan ke depan,” terang dia.
Nah, bila kini Snapcart masih berkutat dengan perusahaan FMCG, Rey bilang, di masa mendatang, aplikasi ini akan bekerjasama dengan industri lain. Target jangka menengah, Snapcart akan dia kembangkan merambah regional ASEAN.