Sabtu, 20 Agustus 2016
Nih cara jitu buat kamu yang suka baca email dalam jumlah banyak
Kapan waktu yang tepat untuk berwirauasaha
Lembaran struk belanjaan itu berharga lhoo brooo
Selasa, 02 Agustus 2011
Hikmah
Pembangunan Jiwaungguh beruntung I orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang yang mengotori-nya," (QS asy-Syams [9] 9-10).
Jiwa adalah intisari dari kehidupan manusia. Baik dan buruknya kualitas hidup manusia akan sangat dipengaruhi oleh kualitas jiwa. Jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh dan apabila ia buruk maka akan buruklah seluruh tubuh (HR Bukhari Muslim).
Dalam tataran yang lebih luas, bila jiwa suatu anggota keluarga baik, maka keluarga itu akan menjadi keluarga yang berkualitas. Jika jiwa suatu anggota masyarakatbaik, maka masyarakat itu akan menjadi masyarakat berkualitas. Jika bangsa dan negara dihuni orang-orang yang berjiwa baik, maka bangsa dan negara tersebut akan menjadi bangsa dan negara yang berkualitas.
Diriwayatkan bahwa Ali RA suatu saat pernah ditanya oleh lawan politiknya, "Mengapa keadaan negara saat dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar tidak mengalami kekacauan seperti ketika engkau menjadi khalifah saat ini?" Ali RA menjay/ab, "Sebab rakyat yang dipimpin semasa khalifah Abu Bakar dan Umar orang-orang seperti aku ini. Sedangkan rakyatyang aku pimpin semasa pemerin-tahanku adalah orang-orang seperti dirimu."
Berbagai masalah yang menimpa negara kita ini. seperti korupsi, penipuan perbankan, kebohongan publik, merebaknya kejahatan di dunia maya, dan bermacam-macam praktik kemungkaran yangtelah dilakukan, baik oleh para pejabat maupun rakyat, kalau diusut, maka akar masalah yang sebenarnya bukanlah karena undang-undang yang kurang tepat, atau sanksi yang kurang ketat, juga gaji yang kurang banyak. Akan tetapi, inti masalah sebenarnya adalah kurang diperhatikannyamasalah pembangunan jiwa.
Ibarat manusia, maka bangsa ini memiliki dua komponen inti yaitu jiwa dan raga. Maka, jika hanya raganya yang diperhatikan seperti pembangunan gedung-gedung bertingkat, mal-mal, dan tempat-tempat hiburan tanpa diimbangi dengan pembangunan karakter dan jiwa bangsa yang kokoh, maka negara yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur akan menjadi mimpi saja.
Oleh sebab itu, jika kita mau memperbaiki keadaan bangsa dan negara, maka dari titik Inilah seharusnya dimulai. Inilah contoh yang telah dihadirkan Rasulullah SAWdalam membangun tatanan kehidupan yang kuat dan harmonis dimana beliau mulai menata kehidupan bangsa Arab yang karut-ma-rut ketika itu dengan pembangunan jiwa dan pembentukan karakter. Bahkan, jika dilihat dalam sejarah, fase ini lebih panjang (13 tahun di Makkah) dibanding pembangunan sistem (10 tahun di Madinah). Dan ini juga sebetulnya yang menjadi suara hati dari salah satu pahlawan kita, WR Soepratman, ketika beliau menggubah lagu Indonesia Raya-yang salah satu liriknya adalah "Bangunlah jiwanya. Bangunlah badannya. Untuk Indonesia ರಾಯDai dan Rating Rekayasa
Dai dan Rating Rekayasa
Ketika banyak orang mempermasalahkan penampilan dai di televisi, kami teringat ketika mengikuti rapat Lembaga Sensor Rim (LSF) beberapa tahun yang lalu di Jakarta. Dalam rapat itu, Wakil Ketua LSF, Ray Sita Supit, menyatakan kekesalan dan kemarahannya. Menurutnya, rating tayangan televisi adalah sebuah rekayasa untuk menghancurkan moral bangsa.
Tayangan yang bagus tidak akan diberi rating yang tinggi, tetapi tayangan yang berisi kekerasan, perkosaan, eksploitasi aurat, dan hal-hal yang merusak moral diberi rating yang tinggi. Menurutnya, pemberian rating itu dilakukan oleh sebuah lembaga yang dipimpinoleh orang asing. Ray Sita Supit kesal dan marah karena rating rekayasa yang merusak moral bangsa itu dibiarkan dan tidak dilarang di negara yang menjunjung tinggi nilai moral ini.
Tidak diragukan lagi bahwa penampilan dai di televisi juga masuk rating rekayasa. Para dai yang berkualitas dan memiliki integritas moral yang tinggi tayangan dakwahnya tidak akan mendapatkan rating yang tinggi, sementara dai yang baru mengetahui satu dua ayat Alquran dan Hadis Nabi SAW melalui karya terjemah justru tayangan dakwahnya diberi rating yang tinggi.
Televisi adalah sebuah perusahaan yang tidak bisa eksistanpa sponsor iklan dan para sponsor tidak akan mau beriklan pada televisi dan tayangan tertentu bila tayangan tersebut tidak mendapatkan rating yang tinggi.
Maka, wajar sekali apabila televisi hanya akan menayangkan tayangan yang memiliki rating yang tinggi, sedangkan pemberi rating yang direkayasa itu tidak akan memberikan rating yang tinggikepada tayangan dakwah yang berkualitas. Akibatnya, tayangan dakwah yang bernuansa banyolan dengan menampilkan dai demikian sangat mendominasi tayangan dakwah di televisi.
Para perekayasa rating tidak akan menampilkan dakwah tokoh yang berkapasitas ilmiah tinggi dan bermoral luhur untuk disiarkan dakwahnya di televisi, tetapi mere-ka akan menampilkan dai-dai yang lucu dan banyak banyolan daripada dakwahnya.
Dalam tampilannya, para dai ini sangat terlihat kekurangannya. Namun, untuk mengelabui pemirsa, mereka cerdik menutupi kekurangannya itu dengan beragam cara, baik dari segi penampilan maupun ketika menjawab pertanyaan jamaah. Jawaban yang diberikan terasa kurang bermakna karena memang tidak menguasai ilmunya.
Dai dengan tipe seperti ini dikhawatirkan akan menjadi penjual agama demi meraih kepentingan sesaat. Parahnya lagi, bila dengan dakwahnya itu, justru akan menyebabkan tersesatnya umat.
Mereka pandai mengatakan, tapi tak pandai mengerjakan.
"Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS as-Shaff [61] 2-3).
Masalah penampilan dai yang demikian itu pernah dibicarakan oleh DPP Ittihadul Muballighin pimpinan KH Syukron Mamun dengan menteri agama waktu itu, Dr H Tarmizi Taher. Waktu itu. menteri agama menyatakan akan membuat regulasi tentang penampilan dai di televisi. Namun, regulasi itu tampaknya sampai sekarang tidak pernah ada.
Luqman Sang Ahli Hikmah
Luqrman AI-Hakim\Jikenal sebagai ahli hikmah yang luar biasa. Dalam Alquran, namanya diabadikan dalam sebuah surah khusus yang bercerita tentang hikmah yang disampaikannya, terutama kepada anaknya.
Dalam surah Luqman [31] ayat 12-19 disebutkan, setidaknya ada sekitar sembilan nasihat yang disampaikannya, yakni jangan menyekutukan Allah (ayat 13), berbakti kepada kedua orang tua (14), sadar akan pengawasan Allah (16), mendirikan shalat (17), berbuat kebajikan (17), menjauhi kemunkaran (17), sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian (17), tidak sombong (18), dan lemah lembut dalam berbicara (19).
Dalam sebuah riwayat disebutkan, suatu hari Luqman Al-Hakim masuk ke pasar dengan menaiki seekor himar (keledai). Sementara itu, anaknya ikut di belakangnya. Melihat tingkah laku Luqman itu,sebagian orang pun berkata, "Lihatlah orang tua yang tidak tahu bertimbang rasa itu. Dia naik keledai, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki."
Mendengar hal tersebut, Luqman kemudian menyuruh anaknya menaiki keledai itu dan dia berjalan kaki sambil menuntun keledai tersebut. Lagi-lagi, orang yang menyaksikan hal itu berkata, "Lihat anak yang tidak tahu sopan santun dan tata krama itu. Masak, dia menaiki keledai, ayahnya berjalan kaki."
Tidak ingin mendengar omongan seperti itu lagi, Luqman pun kemudian menaiki keledai itu bersama dengan anaknya. Ternyata, orang-orang kembali menyindirnya, "Dasar orang tua dan anak yang tidak tahu etika, keledai yang kecil mereka naiki berdua. Sungguh tidak punya rasa kasihan."
Akhirnya, Luqman dan anaknya pun turun dari keledai itu. Keduanya membiarkan keledai tersebut berjalan tanpa ditumpangi. Ternyata, orang-orang masih menyindirnya. "Dasar orang yang bodoh, adakendaraan kok malah tidak ditumpangi dan dibiarkan sia-sia."
Kembalilah keduanya ke rumah. Sesampainya di rumah, Luqman menasihati anaknya tentang sikap orang-orang di pasar tersebut.
"Sesungguhnya setiap manusia itu akan dibicarakan oleh manusia lainnya. Orang yang berakal tidak akan mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangan yang terbaik dalam semua urusan."
Kemudian, ia berpesan kepada anaknya. "Wahai anakku, carilah rezeki yang halal supaya kamu tidak fakir. Sesungguhnya tidaklah orang yang fakir itu ditimpa suatu musibah, kecuali tiga perkara, yakni menipisnya keyakinan pada agama, lemahnya akal sehingga mudah tertipu dan diperdaya orang lain, serta hilangnya kemuliaan hati. Lebih celaka dari tiga hal itu adalah orang yang sukamerendah-rendahkan dan membuat ringan sesuatu."
Tragedi Membawa Hikmah
Bendungan Situ Gintung yang jebol dua tahun lalu temyata membawa hikmah tersendiri. Kondisinya kini jauh lebih baik dan menarik pengunjung. Warga sekitar berharap lokasi bendungan dapat dijadikan lokasi wisata nantinya, menyaingi Taman Wisata Pulau Situ Gintung, yang letaknya masih berada di arca danau buatan itu.
Tanggul yang scpat ambruk itu kini telah dibuatkan bendungan yang sudah selesai dibangun pada awal tahun 2011. Sejumlah jalan warga termasuk jongging track juga sudah selesai dibangun.
Mulai Januari lalu, pengunjung mulai berdatangan ke lokasi Bendungan Situ Gintung yang terlihat megah itu. Tidak hanya sekadar ingin melongok tanggul bersejarah buatan Belanda tempo dulu, tapi juga dimanfaatkan sebagai tempat kongkow anak muda sekitar.
Banyaknya pengunjung yang berdatangan juga dimanfaatkan warga sekitar. Sebagian warga juga membuka warung jajanan, sementara para pemuda sekitar menyediakan jasa parkir demi menghindari risiko pencurian. Kendaraan Roda dua dipatok biaya parkir seharga RP 2000 per motor.
Bongas, seorang pengawas jasa parkir mengaku, penarikan tarif parkir dilakukan demi keamanan lingkungan setempat.
Selain menjadi pemasukan tambahan bagi warga, sisa tarif parkir digunakan untuk membayar petugas kebersihan. "Pengunjung mulai banyak yang datang, dan parlor sembarangan. Jadi, lebih baik kita atur dan menjaga kendaraan mereka dari risiko pencurian," kata Bongas.
Mulyadi, tokoh masyarakat setempat juga mengaku demikian. Ia berharap, tragedi Situ Gintung bisa menjadi hikmah buat warga sekitar. "Mari kita lupakan masa lalu, biarkan tragedi yang pernah kita alami membawa berkah nantinya. Kami berharap bendungan yang megah ini direalisasikan menjadi lokasi wisata agar bisa dimanfaatkan sebagai lahan mata pencaharian penduduk," ujarnya.
Mulyadi adalah salah satu korban jebolnya tanggul Situ Gintung dua tahun lalu. Tempat tinggal seluas meter hanyut terbawa derasnya luapan air dari bendungan Situ Gintung yang jebol.
Meski minim, kami sudah mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Tangerang dan LSM. Kami tidak terlalu menuntut lebih seperti apa yang dijanjikan Depsos kepada kami. Yang penting ke depan, kehidupan kami bisa beranjak dari keterpurukan. Caranya adalah merealisasikan bendungan ini jadi tempat wisata agar memberi dampak terhadap ekonomi warga," papar Mulyadi, jm